Notification

×

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Branded atau Tidak? Ujian Moral di Balik Gengsi Tas Mewah: Immanuel Kant

Kamis, 27 November 2025 | 16.14 WIB Last Updated 2025-11-27T09:14:23Z





Sinarbanten.id-Di era sekarang, di mana orang sibuk posting outfit harian di media sosial dan foto tas mahal jadi pemandangan biasa, ada pertanyaan besar yang muncul: apakah harga diri kita benar-benar ditentukan oleh merek yang kita pakai?


Filsuf Immanuel Kant punya pandangan menarik soal ini, yang bisa bikin kita mikir ulang tentang moralitas dan kemampuan kita untuk mandiri. Menurutnya, kecintaan berlebihan pada barang mewah bukan cuma soal selera, tapi ujian bagi kebebasan dan kehormatan kita sebagai manusia.


Pertama, pahami bedanya: mandiri berarti kita bisa bikin aturan sendiri, bertindak berdasarkan logika yang kita pilih bebas. Sebaliknya, kalau kita biarin diri dikuasai nafsu, tren, atau tekanan teman-teman, itu namanya tergantung orang lain. Kalau beli tas branded karena beneran suka kualitas dan desainnya, itu tandanya mandiri. Tapi kalau cuma buat pamer dan cari pengakuan, ya, kita lagi jatuh ke jebakan itu.


Lebih lanjut, Kant bilang kita harus lihat manusia diri sendiri dan orang lain sebagai tujuan utama, bukan alat. Kalau kita nekat beli barang mahal cuma buat tampil keren, sebenarnya kita lagi nyiksa diri sendiri. Kita korbanin uang dan ketenangan buat ilusi diterima orang.


Ironisnya, di dunia konsumsi ini, kita sering lihat orang lain sebagai penonton yang harus kagum, atau pesaing yang harus dikalahkan. Hubungan sosial yang seharusnya asli malah jadi panggung status dan balapan gengsi. Kita tanpa sadar bikin manusia jadi sederhana, cuma berdasarkan barang yang mereka punya.


Nah, di mana kita cari jati diri yang bener? Kant bilang, nilai sejati datang dari kemampuan kita berpikir sendiri dan bertindak berdasarkan prinsip baik. Bukan dengan belanja di toko mewah, tapi lewat refleksi diri buat asah akal sehat, bangun aturan hidup yang kuat, dan berani mandiri.


Akhirnya, Kant nggak larang kita suka atau beli barang branded. Barang bagus emang asyik. Tapi yang penting dipikir ulang: kenapa kita beli? Karena ekspresi selera pribadi yang bebas, atau cuma buat ikut-ikutan status? Di tengah gemerlap konsumerisme, inget ya, nilai kamu sebagai manusia nggak ada di logo tasmu, tapi di prinsip baik yang ada di hati dan pikiranmu.


Nama penulis : Jamila Azahra, Angga Rosidin S.I.P, M.A.P, Zakaria Habib Al-Ra'zie, S.IP., M.SOS

Administrasi Negara 

Universitas Pamulang Serang