Sinarbanten.id - Umumnya menyoroti bahwa mobilitas sosial di perkotaan jauh lebih dinamis dibandingkan di perdesaan. Masyarakat perkotaan memiliki akses lebih luas terhadap pendidikan, pekerjaan, dan teknologi yang memungkinkan mereka untuk naik kelas sosial lebih cepat dan lebih mudah. Sebaliknya, masyarakat perdesaan relatif stagnan karena keterbatasan sumber daya, akses pendidikan, dan peluang ekonomi yang lebih terbatas. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial yang nyata antara kedua wilayah, yang menjadi perhatian publik terutama dalam konteks pembangunan nasional dan pemerataan kesejahteraan.
Sebagai mahasiswa, analisis saya menilai bahwa dinamika mobilitas sosial ini mencerminkan ketimpangan struktur sosial yang melekat dalam sistem sosial Indonesia. Perkotaan sebagai pusat ekonomi dan pendidikan memberikan keuntungan besar yang memperkuat peluang mobilitas sosial vertikal. Namun, kita juga harus menyadari bahwa masyarakat perdesaan tidak hanya butuh akses yang lebih dalam hal pendidikan dan ekonomi, tetapi juga intervensi kebijakan yang mampu memberdayakan mereka secara sosial dan budaya agar mobilitas sosial menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan. Mahasiswa sebagai generasi penerus memiliki peran penting dalam mengadvokasi dan menginisiasi perubahan yang mengurangi kesenjangan ini dengan pendekatan yang kritis dan inovatif.
Secara keseluruhan, publik melihat mobilitas sosial sebagai tolok ukur kemajuan masyarakat, sementara saya sebagai mahasiswa melihatnya sebagai tantangan sekaligus peluang besar untuk mendorong pemerataan dan keadilan sosial di Indonesia di masa depan.
PENULIS :MEUTYA RISVIANA AMANDA
DOSEN PEMBIMBING : ANGGA ROSIDIN, S.I.P, M. A. P.,
KEPALA PROGRAM STUDI : ZAKARIA HABIB AL-RA’ZIE, S.IP. M.SOS.,
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS KAMPUS SERANG
